THE LITLE THING Part-4 KOMISI UNTUK NEGERI




Bangsa ini selalu dihebohkan dengan aneka impor daging busuk – dipasar tradisional merebak daging oplosan, ayam suntik , gorengan bangkai ayam, kerang laut dengan pewarna pakaian, kakap merah dengan sepuhan kue, terasi sebagai makanan nasional juga tak luput dari bangkai udang busuk yang diwarnai juga dengan pewarna pakaian dari bahan zat kimia berbahaya. Masih hangat dalam ingatan kita – cerita tentang pengawet mayat, formalin dan sampai saat ini masih tetap beredar pada ikan asin – tahu – mie dan segala jenis makanan murah rakyat.

Akar masalahnya tetap sama dan sebangun – siapapun Pemimpin negeri ini, sebelum kemiskinan teratasi (meskipun sulit), kita  selalu berputar dari siapa menipu siapa – siapa membohongi siapa – siapa membodohi siapa. Dan ketika mulai memakan korban – geger sejenak – saling tuding -  debat televisi, dirjen – dirjen dan pejabat terkait saling tuding dan adu argumentasi, sebulan kemudian – bangsa ini sudah lupa dengan kasus kebodohan berbangsa dan bernegara yang lain, rakyat tertidur dan capek dengan urusan perut dan kemiskinannya sendiri.

Pejabat membohongi rakyatnya, pedagang menipu pembelinya.
Departemen kesehatan turne dan sidak kepasar – menyita makanan kadaluarsa, sesaat saja, besok lupa dan selanjutnya mereka sibuk sendiri dengan departemenya masing masing untuk  membodohi rakyat bangsa ini dengan kebohongan lain.

Begitu mudahnya menempelkan sertifikat halal (dengan huruf Arab gundul) pada kemasan, menulis Ijin Depkes Nomor Sekian pada label makanan,  diluar sana, yayasan lembaga konsumen tidak berdaya, entah sudah berapa tahun umur lembaga ini berdiri ?

Negeri ini –Desa Indonesia - penuh dengan KOMISI, Komisi Penyiaran, Komisi Yudisial, Komisi Kepolisian Nasional, Komisi Hak Azasi Manusia, Komisi Anak, Kebanyakan Departemen, Dirjen, Irjen, Kanwil, Kantor Pelayanan Daerah dst dst, Birokrasi teramat panjang – satu tema ditangani banyak departemen, campur baur antara Departemen pendidikan dan kebudayaan – terus ganti parawisata dan kebudayaan, dulu SMA ganti SMU sebentar kemudian menjadi SMA dulu SMEA dan STM ganti menjadi SMK, negeri yang aneh dengan kebanyakan badan dan instasi, ganti pejabat ganti aturan, tetapi terus berlanjut dengan norak dan ketinggalan jaman.

Negeri dimana para kiai sibuk dengan teropong bambu mencari awal bulan, sementara satelit negara lain sudah mengangkasa dan dapat menghitung pergeseran planet dengan akurat, kita masih memulai puasa dan berhari raya dengan tanggal yang berbeda.

Dijalan Raya – supir angkot menghadapi Polantas di Kilometer sekian kemudian dihadang DLLAJR di Kilometer Sekian, sampai terminal diperas Temer (Timer ?) para pencatat rute dan trayek,  sudah  berapa rit masuk terminal atau mau lolos terminal tanpa ngetem, semua ada biayanya, mau pulang masih setor Koperasi Angkutan entah untuk apa dananya, disudut jalan masih adalagi kardus sumbangan solidaritas buat salah satu rekannya yang meninggal karena minum alkohol oplosan ?

Apa yang sudah diperbuat Komisi komisi tersebut diatas, atau mereka berbuat jika ada “komisi”.
Apa  yang dihasilkan komisi penyiaran dengan segudang tayangan pembodohan masyarakat berupa sinetron murahan, komedi murahan, debat kusir melelahkan.

Apa yang sudah diperbuat dirjen Pengawasan Obat dan Makanan, kenapa begitu mudahnya mengeluarkan Ijin sementara pengawasannya lemah.

Apa yang sudah diperbuat komisi komisi yang ada dalam rangka memperbaiki negeri ini -  Benar benar bangsa yang dikelola secara biadab dan tidak berperi kemanusiaan, Kebodohan kolektif  yang terus dipertahankan -  sekali lagi Laten Orde Baru, penyakit kronis dan menahun.

REACH FOR THE REAL GREAT INDONESIA