Sabtu, 20 Januari 2018

Sepuluh Kualitas Karakter

Sepuluh Kualitas Karakter Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Ketulusan

Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh
semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena
yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan
kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura- pura, mencari-cari alasan atau
memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak”.
Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi
dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi
keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.


Kerendahan Hati

Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendah hatian justru
mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap
rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang
yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa
membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya
tidak merasa minder.


Kesetiaan

Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang
setia selalu bisa diperc
... baca selengkapnya di Sepuluh Kualitas Karakter Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Selasa, 28 September 2010

THE LITLE THING Part-8 NEGERI BELIEVE IT OR NOT

oleh : Moechamad Zen Adjit



Coba sama-sama kita cermati,
Penggusuran Kaki Lima, Penyitaan Pengadilan atas lahan sengketa, Pasti berakhir ricuh. Pembangunan Gereja yang ditentang oleh banyak warga (emangnya bumi ini milik nenek moyangnya pribadi – mohon maaf, saya juga Muslim), Tawuran masal dimana sebagian pelakunya enggan dihukum – jika coba coba dipenjarakan, siap siap saja kantor kepolisian akan diserang warga.

Merebaknya kaki lima ini diawali dari pemberian ijin oleh preman setempat, dilanjutkan ijin dari kepala terminal atau pengelola gedung (mungkin hanya sampai level kepala keamanannya saja) – dilanjutkan ijin tidak resmi dari Polsek setempat dengan kutipan harian, bahkan bulanannya, kutipan Satpol PP dan Kecamatan, mereka lah yang patuh membayar retribusi demi kantong kantong pribadi tersebut diatas.
Dan Pada akhirnya, ketika rombongan Gubernur meninjau, atau Bupati memerintahkan untuk ditertibkan, semua lepas tangan dan pada akhirnya mereka marah – kesal karena merasa bukan bagian dari republik, anak tiri negeri ini , mereka tidak punya lahan lagi untuk mencari nafkah, mereka merasa patuh membayar retribusi harian. Ini kan penyakit Orde Baru Juga, mental aparat - believe it’s or not.

Coba sama-sama kita cermati,
Berita trilyunan bantuan luar negeri jika terjadi bencana besar, sebagian korban pasti masih tertinggal dibarak penampungan tanpa mengerti harus minta bantuan kepada siapa.
Infrastruktur tetap hancur, yang diekspose hanya sebagian saja, sekolah juga hancur-andai dibangun pun, pasti sebagian oleh Swasta yang menyumbang langsung atau membangun langsung zonder melalui Pemda setempat, takut ngga sampe pastinya.

Coba sama-sama kita cermati,
Berita tentang Kayu Glondongan – Illegal Lodging, siapa sih yang dihukum, lha ini kan kejahatan kolektif dari level paling bawah sampai level tertinggi disuatu wilayah.
Dari mulai penebangan di Hutan – jalur pengirimannya jelas kok, sungai tempat mengalirnya kayu-kayu juga jelas, mudah dilihat dari angkasa, dari peta – masa kecolongan terus.

Gaharu cendana pula, sudah tahu bertanya pula – yang dihukum pasti hanya kuli angkut nya saja, sedangkan bandar dan aparat nya duduk manis.
Ini juga laten Orde Baru, Believe it’s or not


Coba sama-sama kita cermati, Rebutan jajaran pengurus Koni, PSSI dimana didalamnya beredar uang sponsor trilyunan rupiah, wajah-wajah lama seperti Besus, Nurdin Khalid koq tidak pernah mau legowo memberikan estafet kepemimpinan – atau memang dia adalah orang yang paling bahagia jika Olah Raga kita terpuruk terus-terusan. Jangan mimpi ke Piala Dunia, juara Asean saja kedodoran !

Coba sama-sama kita cermati,
Semua tahu jika kemacetan di Kota Besar adalah diakibatkan karena tidak seimbangnya prasarana jalan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor. Bukan hanya itu, pemberian Ijin Trayek kendaraan Umum, Kemudahan Kredit Kendaraan (walaupun ada pemasukan devisa didalamnya), tidak adanya pembatasan masa pakai kendaraan, Kir Kendaraan Umum yang begitu penuh ketidak jujuran dan satu lagi BUDAYA ANTRI serta DISIPLIN yang tidak kita miliki sebagai bangsa yang terkenal sopan santun serta ramah tamah ini.

Ini juga laten Orde Baru, Believe it’s or not

Coba sama-sama kita cermati,
Banyak kecelakaan Laut, Udara, Kereta Api Anjlok, Korban jiwa ratusan – kita tidak pernah mencermati akar masalah sesungguhnya, bukan hanya kita selalu beli barang loakan dari negara lain, tetapi juga tidak pernah kita temui ada pejabat yang mau mundur jika terjadi kasus kecelakaan yang berulang ulang - utamanya menteri perhubungan. Manifes penumpang yang tidak jelas, Istilah Patas (cepat terbatas) yang selalu diartikan menjadi Lambat dan Penuh Sesak - sama seperti Slogan lain di Negara ini, Jika ada Rambu Dilarang parkir, pasti disitu ada kendaraan yang sedang parkir. Jika ada Rambu dilarang Buang Sampah, pasti disitu ada tumpukan sampah, jika ada Hindari menggunakan Jasa Calo, pasti disitu ada Calo sedang berkeliaran.

Indikator sederhana dari semua itu dapat dilihat pada perusahaan jasa yang Terima Jasa Pengurusan SIM, PASPORT, Ijin Perusahaan Dll, itu artinya ada calo di Imigrasi, Kepolisian dst-dst.
Ini juga laten Orde Baru, Believe it’s or not

Menertawakan Negeri ini – Desa Indonesia Tercinta, Believe it or not adalah juga bagian dari rasa Nasionalisme , Sebaiknya jangan dipercaya dan tidak usah didengarkan atau dalam bahasa ilmiahnya Emang Gua Pikirin.

Senin, 27 September 2010

THE LITLE THING Part-7 Baju Seragam Negara dan Militeristik Sejak TK

 
Adakah keberanian kita sebagai bangsa untuk merubah Upacara Bendera yang dilakukan setiap Hari Senin, rutin membaca Pancasila, Pembukaan UUD 45 – sambutan Basa basi Pemimpin Upacara, hukuman murid yang tidak menggunakan sepatu Hitam, hormat bendera, mengheningkan cipta, rotasi petugas pengibar Bendera, menjadi hal yang lebih produktif tanpa menghilangkan rasa Nasionalisme yang (seolah) sedang dibangun dan dipupuk sejak TK hingga sekolah Lanjutan Tingkat Atas ? Seolah sedang menanamkan disiplin sejak dini ? adakah hasilnya ?

Output apa yang telah dihasilkan dari seremonial rutin bertahun tahun itu, jika pada akhirnya kita semua masih mendapati kekerasan disana sini, tidak adanya kepedulian anak didik kita dan para mahasiswa kita atas rasa kebangsaan, lingkungan hidup, rasa nasionalisme, kepedulian sosial. Jawabannya Tidak ada !
Atau lebih tepatnya belum berhasil.

Belum lagi budaya Mapras, Orientasi , masa perkenalan dan entah apalagi namanya di tingkat SLA dan Perguruan Tinggi, berapa banyak korban yang telah jatuh, tetapi – tetapi kita semua masih membiarkan kegiatan ini terus beranjut dan beberapa pihak, terutama kepala sekolah, rektor – tetap membiarkan dan mengijinkan kegiatan ini berlangsung. Seberapa susahnya bilang STOP, putuskan mata rantai rasa dendam senior junior. Cukup menteri Pendidikan yang bilang STOP, tidak usah Pemimpin tertinggi, ini hal kecil yang tidak disentuh.

Kita – sebagai negara Berkembang – Negara Dunia Ketiga (sebutan yang menyakitkan – terlebih jika yang mengucapkan justru para elit yang mengurus negeri ini) masih sibuk membangun Pendidikan dengan gonta ganti kurikulum, gonta ganti istilah UAS, UAN,  SIPENMARU, PMB, Penerimaan Peserta Didik Baru, SMA, SMU dan segudang istilah istilah yang menjijikan, bukan membangun manusia peserta didiknya.

Mau tau Jumlah seragam TK  (ini militeristik awal yang dibangun sejak Balita) Seragam Khas sekolah  -  Rompi, Topi, Nama dada, Dasi  yang membedakan dengan TK TK lainnya, Seragam Batik, Baju Muslim/Muslimah, baju Olah Raga, sampai merek sepatu dan kaos kakinya pun seragam - begitu juga dengan Seragam SD, SMP dan SMA.
Belum lagi seragam PNS, masing masing Departemen membuat kreasi seragamnya sendiri sendiri, ada nama dada, badge lengan untuk direktorat anu, inspektorat anu. Ada spesial untuk tanggal 17, ada seragam spesial hari Jum'at. Itu baru hanya seragam PNS di Departemen yang masing masing dibuat 2 stel, lain lagi karyawan Pemda,  seragam Satpol PP lain lagi, seragam partai lain lagi, seragam pemadam lain lagi ?

Berapa juta KM2 kain yang dibutuhkan untuk mendandani para pamong praja, para pelayan masyarakat, organisasi kemasyarakatan, partai, tentara dan anak sekolah di Republik ini - tetapi keseragaman akan rasa nasionalisme, patriotisme, rasa bangga akan tanah airnya,  keseragaman  untuk berdiri dalam barisan terdepan manakala bangsa ini, Republik Indonesia Raya ini dilecehkan oleh bangsa lain. Masih belum seragam !

Militeristik disemua lini kehidupan berbangsa dan bernegara ini jelas tidak pernah membuat kemajuan yang berarti akan peningkatan harkat dan martabat bangsa.

Penyebabnya - tanpa kita sadari adalah laten orde baru. Semua keseragaman tersebut, semu adanya, hanya casing dan tampilan luar saja, hanya performance.

Kita sibuk sendiri-sendiri membangun  keluarga dan kolega, membangun partai mumpung masih berkuasa.

Tetapi lupa membangun Jiwa Indonesia Raya kita.

Untuk Indonesia Raya tercinta,

Bukankah bangunlah jiwanya
lebih dulu diucapkan dari pada bangunlah badannya

Tidak salah jika kita menganalogikan bangsa ini sedang menangis terbahak bahak ?

Kulihat ibu pertiwi
sedang bersusah hati
air matanya berlinang
mas intan yang kau kenang

tepat sekali, mas intannya sudah dibawa lari bangsa lain, kita hanya disisakan lumpur mercury dan kegundulan hutannya saja.

Bangsa ini rapuh didalamnya, akan tetapi tampak fisik dan luarnya bukan main hebatnya. Mall dan pusat perbelanjaan penuh sesak, mobil dan kendaraan bermotor type terbaru berseliweran dijalan, tidak tampak adanya kesusahan warga negaranya.

bangunlah jiwanya
bangunlah badannya
untuk Indonesia Raya


Mungkin satu satunya negara didunia, dimana setiap tahun ajaran baru, jutaan meter persegi kain terjual guna memenuhi kebutuhan seragam sekolah anak negerinya – putra putra bangsanya. Ya Republik Indonesia Raya Tercinta ini.

 
Mau tahu bobot dari isi tas anak Sekolah Dasar bangsa kita, lebih dari 10 KG (tentara yang sedang pendidikan saja mungkin lebih ringan) – belum lagi SMP dan  SMA, terkecuali Sekolah Swasta yang sudah memiiki Locker sendiri bagi anak didiknya, mana ada SD Negeri milik pemerintah yang memiliki locker disekolahnya. Setidaknya selama 12 Tahun punggung anak kita dibebani beban yang sedemikian berat, Benar benar Biadab dan Tanpa Perikemanusiaan pengelola negeri ini terhadap anak negerinya, anak bangsanya ?

Belum lagi siksaan macet saat berangkat dan pulang sekolah, Apa yang diharapkan dari dana BOS,  jika pada prakteknya - kita, para orang tua murid selalu diundang hadir di Sekolah pada setiap Tahun Ajaran Baru guna membicarakan uang seragam, sumbangan sukarela gedung, biaya buku paket dan lain sebagainya serta sejumlah doktrin baru buat murid baru dan orang tuanya.

Yang tampak didepan mata setiap tahun dan berulang terus menerus adalah akumulasi (yang ini  tidak dapat dipungkiri) adalah  mental PNS kita , terutama PNS dari Sekolah Negeri (Karyawan yang digaji oleh Pemda setempat)  adalah Mental PNS yag telah terkontaminasi penyakit Laten Orde Baru.
Bayangkan untuk mengganti Cat Gedung dengan warna lain yang  lebih sejuk saja tidak berani, alasannya warna coklat sekolah dasar negeri itu sudah ketentuan Pusat katanya ? cih

Adakah keberanian mereka merubah jajar kursi meja menjadi lingkaran- atau membentuk huruf U misalnya, biar peserta didik terlihat lebih komunikatif, dialogis dan tidak berpunggung punggungan terus menerus, mental Orde Baru itu yang tidak berani membuat terobosan – sudah ketentuan pusat katanya, tetapi dilain pihak sudah otonom katanya ?

Adakah keberanian mereka untuk meniadakan Upacara  Bendera dan merubahnya jadi menanam pohon atau membersihkan lingkungan, memunguti sampah plastik misalnya atau bahkan langsung masuk kelas, belajar Sopan
Santun selama 45 menit dan 15 menit sisanya belajar menghormati sesama anak bangsa – setidaknya mengurangi tawuran antar desa, pemerasan antar sesama anak negeri, meskipun berbeda partai dan golongannya.
REACH FOR THE REAL GREAT INDONESIA
Merdeka

Minggu, 26 September 2010

THE LITLE THING Part-6 THE REAL BRAVE CIVILIZATION


Apa yang ada dibenak masyarakat kita ketika seorang kerabatnya ditahan – akibat tawuran antar kampung, gara gara dangdutan, atau gara gara kalah pertandingan sepak bola, dengan beraninya mereka bersama sekelompok ibu-ibu, seorang propokator dan segelintir bapak-bapak tua renta menyerang kantor kapolsek-bahkan asrama Kodim.

Sebuah keberanian gaya baru akibat ketidak percayaan terhadap proses hukum, ketidak percayaan terhadap aparat dan segudang ketidak percayaan - ketidak percayaan lain yang sudah mengurat mengakar terhadap pejabat publik, pengelola Republik tercinta ini. Sudah tidak ada lagi salah dan benar, yang benar bisa jadi salah dan sebaliknya.

Ada banyak kasus besar yang menjadi sorotan publik terkait masalah hukum dan penyalahgunaan wewenang, departemen terkait, partai terkait, atasan pelaku, ketua partai, kolega tersangka sudah dapat dipastikan dimedia masa akan menjejali rakyat dengan kalimat memuakan seperti BIARKAN DITINDAK LANJUTI SESUAI PROSES HUKUM – BIARKAN PENGADILAN YANG MEMUTUSKAN – MARI SAMA SAMA KITA HORMATI AZAS PRADUGA TAK BERSALAH – YANG DILAKUKAN KAN SUDAH SESUAI PROSEDUR, KITA LIHAT NANTI DIPENGADILAN dan bahasa bahasa normativ semu – sehingga pada akhirnya kita dibuat lupa oleh berita baru, kasus baru yang lebih heboh dan lebih menyita perhatian.

Akumulasi menjengkelkan ini, terus berulang sampai semua lupa mana yang bersalah dan dalam kasus apa sipulan melakukan apa. Terus rakyat dibuat bingung dengan debat berkepanjanan di media cetak maupun elektronik, saling membela dan saling membenarkan pihak pihak yang terkait, atau lebih tepatnya “terlibat”.

Coba sesekali Komisi Pemberantasan Mafia Hukum mengutus timnya untuk menjadi pesakitan, menyamar menjadi penjahat kecil kecilan – dibuat seperti sungguhan , misalkan mengutil di Mini Market sampai tertangkap, Terus pantau perjalanan dari proses hukumnya, mulai dari Polsek setempat, kutipan dan aneka tawaran meringankan hukuman, pilih ruang penjara, tawar menawar jam besuk, kutipan kunjungan, selanjutnya masuk rutan – masuk ruang penampungan yang menjijikan – tidur diatas kotoran dan kencing manusia yang luber karena mampet, jika ingin cepat pindah dari penampungan - ada dana untuk turun kamar (Sel) dan seterusnya. Gurita mafia hukum sesungguhnya ada pada kasus kasus kecil – dari sinilah sebenarnya kita memulai pemberantasan mafia hukum dan pengadilan.

Coba sesekali Komisi Pemberantasan Mafia Hukum mewawancarai 10 (sepuluh terpidana) dalam proses dan 10 terpidana yang sudah bebas , ambil sampling dari tiap kota secara acak di Polsek, Polres bahkan Rutan dan LP di Seluruh Indonesia, kami yakin mereka lebih tahu Daftar Pertanyaan dan apa yang menjadi tugas Komisi Pemberantasan Mafia Hukum – hasilnya umumkan kepada seluruh rakyat, sampaikan kepada Pemimpin tertinggi Negeri ini, apa yang didapat dari random sampling perlakuan hukum terhadap anak negeri yang karena kemiskinannya melakukan tindak kriminal, yang dikarenakan keterbatasan pendidikannya terjerumus melakukan pelanggaran hukum .

Coba juga KPK mengutus timnya untuk mengurus Pajak reklame, Perijinan Perusahaan, main ke Kantor Imigrasi , Kelurahan, please ! mulailah dari bawah

 
Apa yang didapat ? laporkan, buat solusinya – perbaiki sistemnya.

Selanjutnya, Hakul Yaqin kita semua bisa memahami The Civilization Brave yang terjadi belakangan ini.

Laten Orde Baru – Penyakit Mental Aparat Hukum dan pejabat Pelayanan publik yang menyebabkan terjadinya ini semua.

REACH FOR THE REAL GREAT INDONESIA
Merdeka

THE LITLE THING Part-5 PANCASILA ? sudah lupa tuh ..



(Surat Buat bang Daulay)
Kemarin ketika ke Sukabumi saya coba tes Ke Indonesiaan teman-teman / kebetulan Di Cicurug nan Indah Permai saya coba bergurau keteman teman dengan berkata :

kalo lu mau tau , inilah yang namanya INDONESIA nan INDAH PERMAI - air melimpah / sawah dan padinya yang menguning (sambil memandang hamparan sawah dan belum cerita tentang kesusahan petani dibalik itu).

Dari 3 Sarjana dalam rombongan satupun ngga ada yang bias explain apa itu PERMAI - Cuma mereka bilang iya ya – kita belajar bahasa sampe S1 arti permai aja ngga tau.


Ok-PR


Selanjutnya saya bilang – kalian sering denger kan ? pribahasa Pucuk dicita ulam pun tiba – tau ngga artinya ULAM


Masya Allah – ngga ada yang tau !


Ngaco – terus merembet kejengkelan saya :

Tau Ngga yang Gambar Pancasila siapa ?

ngga ada yang tau bang !

Boro boro Urutan Sila - tes deh apa itu sila ke 4 kalo ngga pada glagapan ! 

Mahasiswa lo Bang !


Lalu saya Nyeloteh Ngawur dalam rangka Menertawakan Desa Besar Indonesia ini :


Nih gua mau Bicara soal Simbol dari Garuda :


17 helai bulu pada sayapnya yang membentang gagah melambangkan tanggal 17 hari kemerdekaan Indonesia, 8 helai bulu pada ekornya melambangkan bulan Agustus, dan ke-45 helai bulu pada lehernya melambangkan tahun 1945 adalah tahun kemerdekaan Indonesia.

Amboi Gagahnya – keren kan ?

Coba kalo kita merdeka Tanggal 4 Januari 

Pasti Lambangnya Capung (Sayapnya 4 buntutnya 1)

Terus kalo kita Bicara Soal Lambang :


ketuhanan yang maha esa (bintang) masih Pas – terus kemanusiaan yg adil dan beradab (rantai) apa hubungannya Rantai sama keadilan ya bang – terus persatuan Indonesia (beringin) kayanya koq cocokan Rantai sebagai pengikat ketimbang pohon beringin ya – terus kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan (banteng) yang ini benar benar lambang yang aneh ya - koq bisa bisanya banteng sebagai symbol HIKMAH – KEBIJAKSANAAN , terus keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (padi-kapas) yang ini masih Pas dan agak cocok lah


Kembali ke soal NASIONALISME bang :


Dipake symbol oleh perancang kenamaan kok geger – mereka bilang melecehkan Pancasila - kalo saya koq bangga / inggris sama amerika aja bebas koq mau dijadiin topi – kaos – baju - sepatu – sapu tangan – ciduk ember dst dst

Kita koq gembar gembor semu soal nasionalisme / padahal Amerika dan Negara Negara barat lain lebih Pancasilais dari kita – mereka toleran/tertib/menghormati hak orang lain/disiplin dst dst.


Ketika ada Wakil Indonesia untuk Miss World dan berbusana minim – geger/ngga membawa martabat ketimuran kita lah (lho orang kita sudah lebih barat dari orang barat koq) mau bicara ketimuran.


Iris kuping saya kalo Wakil Miss World dari Indonesia Menang / yang kemarin menghujat – pasti duduk dalam ba
Terbitkan Entri
risan depan ketika penyambutan.

THE LITLE THING Part-4 KOMISI UNTUK NEGERI

MEWARNAI REPUBLIK DENGAN PEWARNA MAKANAN BERBAHAYA
Sekali lagi penyakit laten orde baru
Bangsa ini selalu dihebohkan dengan aneka impor daging busuk – dipasar tradisional merebak daging oplosan, ayam suntik , gorengan bangkai ayam, kerang laut dengan pewarna pakaian, kakap merah dengan sepuhan kue, terasi sebagai makanan nasional juga tak luput dari bangkai udang busuk yang diwarnai juga dengan pewarna pakaian dari bahan zat kimia berbahaya. Masih hangat dalam ingatan kita – cerita tentang pengawet mayat, formalin dan sampai saat ini masih tetap beredar pada ikan asin – tahu – mie dan segala jenis makanan murah rakyat.

Akar masalahnya tetap sama dan sebangun – siapapun Pemimpin negeri ini, sebelum kemiskinan teratasi (meskipun sulit), kita  selalu berputar dari siapa menipu siapa – siapa membohongi siapa – siapa membodohi siapa. Dan ketika mulai memakan korban – geger sejenak – saling tuding -  debat televisi, dirjen – dirjen dan pejabat terkait saling tuding dan adu argumentasi, sebulan kemudian – bangsa ini sudah lupa dengan kasus kebodohan berbangsa dan bernegara yang lain, rakyat tertidur dan capek dengan urusan perut dan kemiskinannya sendiri.

Pejabat membohongi rakyatnya, pedagang menipu pembelinya.
Departemen kesehatan turne dan sidak kepasar – menyita makanan kadaluarsa, sesaat saja, besok lupa dan selanjutnya mereka sibuk sendiri dengan departemenya masing masing untuk  membodohi rakyat bangsa ini dengan kebohongan lain.

Begitu mudahnya menempelkan sertifikat halal (dengan huruf Arab gundul) pada kemasan, menulis Ijin Depkes Nomor Sekian pada label makanan,  diluar sana, yayasan lembaga konsumen tidak berdaya, entah sudah berapa tahun umur lembaga ini berdiri ?

Negeri ini –Desa Indonesia - penuh dengan KOMISI, Komisi Penyiaran, Komisi Yudisial, Komisi Kepolisian Nasional, Komisi Hak Azasi Manusia, Komisi Anak, Kebanyakan Departemen, Dirjen, Irjen, Kanwil, Kantor Pelayanan Daerah dst dst, Birokrasi teramat panjang – satu tema ditangani banyak departemen, campur baur antara Departemen pendidikan dan kebudayaan – terus ganti parawisata dan kebudayaan, dulu SMA ganti SMU sebentar kemudian menjadi SMA dulu SMEA dan STM ganti menjadi SMK, negeri yang aneh dengan kebanyakan badan dan instasi, ganti pejabat ganti aturan, tetapi terus berlanjut dengan norak dan ketinggalan jaman.

Negeri dimana para kiai sibuk dengan teropong bambu mencari awal bulan, sementara satelit negara lain sudah mengangkasa dan dapat menghitung pergeseran planet dengan akurat, kita masih memulai puasa dan berhari raya dengan tanggal yang berbeda.

Dijalan Raya – supir angkot menghadapi Polantas di Kilometer sekian kemudian dihadang DLLAJR di Kilometer Sekian, sampai terminal diperas Temer (Timer ?) para pencatat rute dan trayek,  sudah  berapa rit masuk terminal atau mau lolos terminal tanpa ngetem, semua ada biayanya, mau pulang masih setor Koperasi Angkutan entah untuk apa dananya, disudut jalan masih adalagi kardus sumbangan solidaritas buat salah satu rekannya yang meninggal karena minum alkohol oplosan ?

Apa yang sudah diperbuat Komisi komisi tersebut diatas, atau mereka berbuat jika ada “komisi”.
Apa  yang dihasilkan komisi penyiaran dengan segudang tayangan pembodohan masyarakat berupa sinetron murahan, komedi murahan, debat kusir melelahkan.

Apa yang sudah diperbuat dirjen Pengawasan Obat dan Makanan, kenapa begitu mudahnya mengeluarkan Ijin sementara pengawasannya lemah.

Apa yang sudah diperbuat komisi komisi yang ada dalam rangka memperbaiki negeri ini -  Benar benar bangsa yang dikelola secara biadab dan tidak berperi kemanusiaan, Kebodohan kolektif  yang terus dipertahankan -  sekali lagi Laten Orde Baru, penyakit kronis dan menahun.